Selasa, 19 Agustus 2014

HIDUP DALAM KASIH YANG UTUH

1 Korintus 13:3-8  Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. 
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. 

Sekalipun aku berjam-jam doa tetapi jika aku tidak mempunyai Kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku (rema). Setiap peristiwa merupakan ujian bagi hidup kita untuk menunjukkan apakah kita sudah hidup dalam Kasih atau belum. Tengah malam kemarin Tuhan ijinkan aku dan Jenny bertengkar, karena masalah aku membalas isi pesan Line merespon renungan dad, yang seharusnya tidak perlu kubalas di ruang publik karena bisa mengganggu. Seharusnya kurespon saja langsung melalui email ke dad sebagai tanggapan balik apa yang kudapati melalui renungan dad tersebut. Peristiwa itu adalah Ujian bagi Karakterku yang lama yang masih tersimpan dan belum kuketahui dan Tuhan mau agar aku menyadari kalo karakter itu masih ada dan aku harus berubah. Sebelum tidur, aku berdoa kembali dan begitu meletakkan kepala, Tuhan mengingatkan tentang Kasih. Segera kubuka Alkitab Elektronikku , dan kubaca tentang Kasih. Tuhan menegurku karena aku masih belum hidup dalam KASIH yang Utuh. Aku masih belum Sabar, masih memegahkan diri, masih mencari keuntungan diri-sendiri, dan masih belum bisa sabar menanggung segala sesuatu. Ternyata masih ada keberadaan akan diri-sendiri yang masih tersimpan dalam diriku. Terima Kasih Tuhan karena melalui Hidup dan Perkataan Jenny yang menegurku, ditambah Firman TUHAN yang meneguhkan teguran dari Jenny, aku menjadi sadar kalo aku masih belum hidup dalam KASIH. Aku mau berubah ! Aku sadar dan mau berubah. Aku harus bisa Sabar, tidak memegahkan diri karena Tuhan tau sikap hatiku masih ingin menonjolkan diri. Aku mau sabar menanggung segala sesuatu. Setiap koreksian dan teguran yang tajam itu baik untukku. Jika koreksian dan teguran yang diberikan Jenny lembut, mungkin aku tidak sadar dimana kesalahanku. Terima kasih buat TUHAN karena aku tidak menjadi tawar hati, tetapi aku ambil waktu doa mengoreksi diri dan bertanya kepada BAPA apa yang masih tersembunyi dalam diriku yang belum kuketahui, lalu kubaca FIRMANNYA, dan BAPA menyingkapkan bahwa aku masih tidak hidup dalam KASIH yang Utuh. Paginya Jenny kembali mengirim pesan di Line untuk mengingatkan kembali agar aku tidak jatuh kepada kesalahannya yang sama, karena dia sangat mengasihiku. Aku tidak lagi membela diri, karena sudah sadar dan bertobat setelah dikoreksi oleh FIRMAN TUHAN kemarin sebelum tidur. Terima kasih sebesar-besarnya buat Jenny yang peka melihat kelemahanku. Terima kasih sebesar-besarnya buat BAPA karena FIRMANNYA meneguhkan koreksian Jenny. Terima kasih juga buat warning yang diberikan mom kemarin agar keberadaan akan diri-sendiri benar-benar tidak ada lagi dalam hidup, karena segala sesuatunya bersumber dari AnugerahNya. Sekali lagi aku mau berubah. Demikian perenunganku di dalam persekutuan dengan FIRMANNYA.
With Love,
Ttd. Rio Novelino Bakara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar