Minggu, 17 Agustus 2014

WELCOME HOME

Tiada yang lebih indah selain tinggal di rumah sendiri. Rumahku adalah tinggal di rumah bapaku. Saat kumeninggalkan rumah dan tinggal di rumah yang lain yang kurasakan adalah tiada yang lebih indah selain daripada rumah sendiri. Tiada tempat yang lebih nyaman dan bersih selain rumah sendiri. Keseringan berada di luar rumah dan menikmati keberadaan di luar rumah menandakan ada sesuatu yang tidak beres dalam hidupku. Biasanya ada suatu hubungan yang kurang terjalin baik dengan keluarga. Sering sekali penyebab aku sering lebih betah berada di luar rumah karena ada sesuatu yang lebih menarik di luar rumah daripada di dalam rumah. Semakin aku menjauh dari rumah, sering sekali yang terjadi adalah hatiku semakin resah, tidak ada damai sejahtera,  karena hati dan pikiranku memikirkan apa yang terjadi di rumah dan segera ingin pulang ke rumah. Hati nurani menegurku bahwa aku harus segera kembali ke rumah. Aku tidak boleh hidup seperti ini. Hidup yang meninggalkan tanggung jawab di rumah. Aku pun kembali ke rumah dan kudapati bahwa Rumahku adalah Tempat Peristirahatan yang terbaik di dunia, tiada bandingannya. Inilah yang kurasakan ketika kembali memiliki hati yang rindu untuk bersekutu denganNya. HadiratNya adalah Rumahku. BAPA adalah Bapa di dalam Rumahku. FIRMANNYA adalah Air yang memberiku kesegaran. Aku pulang ke rumah dan disambut hangat oleh BAPA. BAPA memelukku dan berkata : "Welcome Home my son". BAPA tidak menghukumku ketika aku datang mengakui semua kesalahanku kepadaNya dan memohon pengampunanNya. Kurasakan Jiwaku menjadi tenang dan terjaga aman.
Lukas 2:49  Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
Mengutip kalimat dad, apa yang kita alami di alam rohani, itu riil adanya dan juga terjadi di alam jasmani. Dahulu ketika aku tinggal di Pontianak selama 10 tahun, aku hampir tidak pernah berada di rumah dengan alasan pelayanan. Aku merasa tidak betah tinggal di rumah dan meninggalkan adik sendirian di rumah keluarga. Waktu orang tua datang, aku tetap di luar rumah juga dengan alasan pelayanan. Hubunganku dengan keluarga tidak terjalin dengan baik. Berjalannya waktu, hidupku menjadi tidak semakin baik dan aku menyadari bahwa selama ini aku sudah berjalan dalam keinginanku pribadi bukan keinginan TUHAN. Sikapku salah dan aku telah menjadi batu sandungan buat keluarga. Aku mengira sudah tinggal di rumah yang benar. Kesalahan bukan pada rumahnya tetapi pada hidupku sendiri. Aku tidak bisa memprioritaskan apa yang harusnya menjadi tanggung jawabku. Sikap dan karakter kita selalu dibaca oleh orang-orang yang terdekat dengan kita. Aku mengira sikap dan karakterku sudah baik, tetapi ternyata belum cukup baik. Orang tua tidak melarang aku pelayanan akan tetapi tanggung jawab seorang anak yang tertua harus tetap dijalankan. Tiba di Jakarta 2 (dua) tahun yang lalu dan bergabung dengan dad dan mom di BCC, orang tuaku mengatakan Welcome Home nak. Ditambah lagi TUHAN memberikanku tulang rusuk (Guinevere Tampi) di dalam rumah rohani yang sama. Sungguh tiada tempat terindah selain tinggal di rumah sendiri. Ditambah hari ini dad menyingkapkan kebenaran tentang makna Darah YESUS KRISTUS yang memerdekakan kita.  Hatiku sungguh bersukacita di dalam TUHAN. Terima kasih banyak dad. Aku kembali mengalami persekutuan yang indah di Rumah bersama dengan BAPA. 
Demikianlah perenunganku di dalam TUHAN.

With Love,
Ttd. Rio Novelino Bakara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar